Saturday, October 9, 2010

Bara Api dalam Genggaman


Beberapa pasang mata memandang sinis. Ya, itulah kenyataan yang harus diterima oleh sang ghuraba.’ Seorang muslim yang berusaha menegakkan syariat agamanya di tengah kaum yang sebagian besar justru tidak mengenal esensi keyakinannya. Ia menjadi begitu asing, padahal agama yang tercantum dalam KTP mereka sama: ISLAM. Akan tetapi, mengapa justru sangkaan buruk dilontarkan kepada para penegak sunnah itu?


Hal ini tidaklah mengherankan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita empat belas abad silam. Manusia termulia yang diutus sebagai pemberi kabar gembira bagi yang taat dan pemberi peringatan bagi yang ingkar ini telah melisankan titah dari Rabbnya:
“Sesungguhnya bermula datangnya Islam dianggap asing (aneh) dan akan datang kembali asing. Namun berbahagialah orang-orang asing (ghuraba’) itu.” Para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud orang asing (ghuraba’) itu?" Lalu Rasulullah menjawab, "Orang yang melakukan kebaikan-kebaikan di saat orang-orang melakukan pengrusakan." “(HR. Muslim)

Bagaikan menggenggam bara api. Melepaskannya akan membuat bara itu padam, namun tetap menggenggamnya akan terasa begitu panas dan menyakitkan. Begitulah seorang pejuang kalimat Allah. Berusaha setegar karang di tengah hempasan ombak samudera kehidupan yang sarat kecintaan pada dunia. Tidak ada yang mereka harapkan selain wajah dan surga Allah.

Demikian kehidupan sang ghuraba’. Menjalankan syariat dari penciptanya selalu saja menuai cibiran dan cemoohan, bahkan menjadi bahan tertawaan. Mengenakan hijab syar’i bagi seorang wanita muslimah dikatakan kuno, boros bahan, ekstrim, pakaian orang Arab, dan masih banyak lagi perkataan yang kerap membuat telinga memerah. Memanjangkan janggut untuk mengikuti sunnah Rasulullah diolok-olok seperti kambing. Menaikkan celana di atas mata kaki untuk menghindari ancaman neraka yang pernah disabdakan Abul Qasim pun tidak lepas dari ejekan tidak modis dan kebanjiran. “Mana dalilnya? Di Al-Qur’an tidak disebutkan kewajiban memanjangkan janggut dan menaikkan celana di atas mata kaki.”. Siapa bilang? Allah Subhaanahu wa Ta’al berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
“….Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Q.S.Al-Hasyr, 59: 7)

Cacian dan makian tidak jarang terhunjam dari mulut orang-orang yang tak paham agama, tetapi berani bersilat lidah tanpa ilmu dan pengetahuan. Opini sebagian besar orang yang tidak berilmu dijadikan hujjah untuk menghujat para pejuang Allah. Tidak sadarkah mereka bahwa perkataan dan perbuatan semacam itu perlahan tapi pasti akan mengeliminasi keislaman mereka? Dan syaithan pun terbahak-bahak merayakan kemenangan mendapatkan penumpang keretanya ke neraka. Na’udzu billahi min dzaalik…. Maka, senantiasa kita tanamkan dalam diri kita kalam Allah di bawah ini:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S.Al-Israa’, 17:36)

Ghuraba’. Ia memang asing di tengah kaumnya. Dan memang mereka yang menyandang predikat itu hanyalah orang-orang pilihan. Mujahid dan mujahidah bermental baja, bukan pecundang yang layu sebelum berkembang. Kadang ingin lari, kadang merasa tersisih. Terkadang keinginan menjadi “orang biasa” di tengah masyarakat mengguncangkan idealisme, namun keimanan kepada Allah masih sangat kuat untuk dirobohkan. Keinginan bertingkah seperti orang banyak kerap mendominasi, namun janji akan jannah dan ketakutan akan adzab Allah memegang kokoh kedua kaki untuk tetap menapaki jalan yang sesuai syariat.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.”(Q.S.Al-Ahzab, 33:36)

Ya….Tidak ada pilihan lain bagi para ghuraba’, selain membiarkan bara api itu tetap di dalam genggaman. Karena hidayah begitu sulit untuk dicari, dan surga sangatlah mahal untuk diabaikan.

Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbiy ‘alaa diinika
Makassar, 28 Syawwal 1431H/7 Oktober 2010M

No comments:

Post a Comment