Monday, November 18, 2013

Tabungan Tak Terduga

Dalam perjalanan pulang dari Makassar ke Kota Kalong hari ini aku teringat pada seorang teman. Kami telah saling kenal sejak SD tetapi baru bertemu kembali ketika kelas X SMA. Kami berbeda kelas dan tidak begitu akrab. Biasanya setiap pagi sebelum bel masuk berbunyi kami duduk di bangku panjang depan kelas. Suatu hari, aku orang pertama yang datang di kelasku dan begitupun ia. Aku bergabung dengannya duduk di bangku depan kelasnya. Saat sedang bercerita. dua orang kakak kelas berjilbab bundar yang panjangnya mencapai paha melintas agak jauh di depan kami.

Temanku yang telah memakai jilbab sejak SMP karena bersekolah di pesantren itu tiba-tiba berkata, "Aku kagum pada mereka. Benar-benar menjaga tubuhnya hanya untuk suaminya kelak."

Mungkin kata-kata itu baru saja terlintas di benaknya tanpa sengaja. Tetapi, tanpa ia tahu, aku yang baru memakai jilbab setelah dua bulan masuk SMA mencerna baik-baik kata-kata itu. Ia tidak menjelaskan dengan dalil yang panjang lebar. Hanya kata-kata spontan yang serta merta dibenarkan oleh akalku tentang salah satu alasan kedua kakak kelas kami memakai jilbab sepanjang itu. Dan tanpa ia sadari pula, karena kata-katanya itu aku mulai tertarik memakai jilbab besar dan berusaha mengilmui dan memanjangkan jilbabku sejak hari itu.

Terima kasihku yang sangat besar padanya, walaupun belum sempat kuucapkan secara langsung. Ia merupakan salah satu perantara hidayah Allah padaku meski tanpa ia sadari. Begitulah, terkadang kata-kata spontan namun sarat makna lebih mudah diterima daripada ceramah panjang lebar yang terkesan menggurui. Begitupun dengan akhlak yang baik, tanpa untaian kata pun dapat mengubah orang lain. Nasihat bisa datang dari siapa saja dan kapan saja. Perkataan dan perbuatan yang baik berdasar Al-Qur'an dan sunnah bisa menjadi tabungan amal shalih yang tidak terduga.

Sebaliknya, perkataan dan perbuatan yang buruk dapat menjadi tabungan keburukan di akhirat kelak. Orang-orang yang mendengarkan atau menyaksikan sebuah keburukan dari kita lalu menirunya, bisa saja menjadi bumerang yang memperberat timbangan keburukan kita. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alayhi wasallam,
" Barangsiapa menyeru kepada hidayah (petunjuk) maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun"(HR Muslim)

Thanks to them. Orang-orang yang telah menunjukkan kita pada hidayah, sengaja ataupun tidak. Semoga Allah mengalirkan pahala tanpa batas atas ilmu yang bermanfaat tersebut, salah satu amalan yang tidak akan putus walaupun ajal menjemput. Semoga Allah mengaruniakan pada kita lisan dan akhlak yang dapat menunjukkan orang lain pada kebaikan dan kita berlindung kepada Allah dari yang sebaliknya.

Rezki Hardiyanti Taufik
Watansoppeng. 14 Muharram 1435H/17 November 2013M

No comments:

Post a Comment