Cinta. Bagaimanakah ia? Kata orang, cinta itu
buta. Tak memandang siapa yang ia cintai. Jika cinta itu telah datang, siapapun
ia, segalanya akan menjadi indah. Kata orang, cinta itu bisa membuat manusia
menjadi gila. Tergila-gila pada sosok yang membuatnya jatuh cinta. Mau makan
ingat dia, mau tidur ingat dia, mau segalanya ingat dia. Tak bertemu sehari
bagaikan setahun. Tak mendengarkan suaranya sebentar saja bisa membuat rindu
menggunung. Benarkah?
Cinta. Bagaimanakah ia? Kata orang, ia tumbuh
dari mata lalu turun ke hati. Awalnya pandangan kemudian bersemi di dalam
sanubari. Paras rupawan, senyum menawan, merangkai mimpi menuju singgasana
tertinggi. Sesederhana itukah ia bermula? Hanya dari penampakan fisik, hingga
terperangkap dalam benak ia terpatri?
Cinta. Bagaimanakah ia? Kata orang, cinta itu
hanya sekali. Cinta sejati dibawa sampai mati. Lalu apa yang disebut cinta
pertama, cinta kedua, ketiga, dan keempat? Menyatakan cinta pada pujaan hati,
lalu di lain waktu berpindah ke lain hati. Semudah itukah? Belum lama mengatakan
cinta, esok berkata benci. Lusa telah bersama dengan yang lain.
Cinta. Bagaimanakah ia? Kata orang, ia bermula dari kekaguman. Kagum karena rupanya, kagum karena kecerdasannya, kagum karena ketenarannya. Lalu mengapa begitu mudah sirna? Sekadar itukah? Jika berawal dari kagum, mungkinkah ia disebut cinta jika tak berbalas?
Cinta. Bagaimanakah ia? Beribu tanya masih
menanti jawaban. Haruskah ia menjadi dasar membangun mahligai rumah tangga, sehingga
orang-orang mengutuk kisah Siti Nurbaya? Haruskah ia sehidup semati, layaknya kisah
tragis Romeo dan Juliet? Atau seindah kisah ‘Ali bin Abi Thalib yang menyimpan
rasa pada Faathimah bintu Muhammad, yang ternyata memiliki rasa yang sama,
namun berhasil mereka jaga hingga berlabuh pada orang dan waktu yang tepat?
Cinta. Bagaimanakah ia? Kata Rabbku, “Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” [Ar-Rum 21].
Cinta itu sakinah, mawaddah, wa rahmah. Cinta itu setelah pernikahan. Di
dalamnya ada ketenangan, bersatu dalam ikatan yang kuat, berhias kasih sayang
dan kelemah lembutan.
Cinta. Bagaimanakah
ia? Biarkan Al-Waduud, Sang Maha Pencinta, yang mengajarkanku tentang cinta. Hanya
untuk sosoknya yang telah tertulis dalam Lauh Al-Mahfuzh, yang dari rusuknya
aku tercipta. Cinta sejati itu……karena-Nya.
Rezqi Hardiyanti bintu Muhammad Taufiq
My Room, 27 Muharram 1434H/11 Desember 2012M
Seseorang telah ditakdirkan Allah untukmu dan
akan datang di saat yang tepat. Apa yang harus dikhawatirkan? ^^
cie..cie..
ReplyDeletesabarmi dek..
hahaha...... untuk yg komen juga na :p
ReplyDelete