Wednesday, December 12, 2012

Cinta, Bagaimanakah Ia?


Cinta. Bagaimanakah ia? Kata orang, cinta itu buta. Tak memandang siapa yang ia cintai. Jika cinta itu telah datang, siapapun ia, segalanya akan menjadi indah. Kata orang, cinta itu bisa membuat manusia menjadi gila. Tergila-gila pada sosok yang membuatnya jatuh cinta. Mau makan ingat dia, mau tidur ingat dia, mau segalanya ingat dia. Tak bertemu sehari bagaikan setahun. Tak mendengarkan suaranya sebentar saja bisa membuat rindu menggunung. Benarkah?


Cinta. Bagaimanakah ia? Kata orang, ia tumbuh dari mata lalu turun ke hati. Awalnya pandangan kemudian bersemi di dalam sanubari. Paras rupawan, senyum menawan, merangkai mimpi menuju singgasana tertinggi. Sesederhana itukah ia bermula? Hanya dari penampakan fisik, hingga terperangkap dalam benak ia terpatri?


Cinta. Bagaimanakah ia? Kata orang, cinta itu hanya sekali. Cinta sejati dibawa sampai mati. Lalu apa yang disebut cinta pertama, cinta kedua, ketiga, dan keempat? Menyatakan cinta pada pujaan hati, lalu di lain waktu berpindah ke lain hati. Semudah itukah? Belum lama mengatakan cinta, esok berkata benci. Lusa telah bersama dengan yang lain.

Cinta. Bagaimanakah ia? Kata orang, ia bermula dari kekaguman. Kagum karena rupanya, kagum karena kecerdasannya, kagum karena ketenarannya. Lalu mengapa begitu mudah sirna? Sekadar itukah? Jika berawal dari kagum, mungkinkah ia disebut cinta jika tak berbalas?

Cinta. Bagaimanakah ia? Beribu tanya masih menanti jawaban. Haruskah ia menjadi dasar membangun mahligai rumah tangga, sehingga orang-orang mengutuk kisah Siti Nurbaya? Haruskah ia sehidup semati, layaknya kisah tragis Romeo dan Juliet? Atau seindah kisah ‘Ali bin Abi Thalib yang menyimpan rasa pada Faathimah bintu Muhammad, yang ternyata memiliki rasa yang sama, namun berhasil mereka jaga hingga berlabuh pada orang dan waktu yang tepat?

Cinta. Bagaimanakah ia? Kata Rabbku, “Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” [Ar-Rum 21]. Cinta itu sakinah, mawaddah, wa rahmah. Cinta itu setelah pernikahan. Di dalamnya ada ketenangan, bersatu dalam ikatan yang kuat, berhias kasih sayang dan kelemah lembutan.

Cinta. Bagaimanakah ia? Biarkan Al-Waduud, Sang Maha Pencinta, yang mengajarkanku tentang cinta. Hanya untuk sosoknya yang telah tertulis dalam Lauh Al-Mahfuzh, yang dari rusuknya aku tercipta. Cinta sejati itu……karena-Nya.

Rezqi Hardiyanti bintu Muhammad Taufiq
My Room, 27 Muharram 1434H/11 Desember 2012M
Seseorang telah ditakdirkan Allah untukmu dan akan datang di saat yang tepat. Apa yang harus dikhawatirkan? ^^

2 comments: