Sunday, August 25, 2013

Di Tengah Hiruk Pikuk Pendaftaran CPNS


Bagi sebagian orang, menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah sebuah kebanggaan. Bagi sebagian orang yang lain, menjadi PNS bisa menjanjikan masa depan yang cerah. Bagi sebagian orang lagi, menjadi PNS bisa menjadi sarana untuk memudahkan da’wah masuk ke tengah-tengah orang awwam. Walau gaji tak begitu besar, tapi paling tidak ada penghasilan tetap tiap bulan, asuransi kesehatan, tunjangan, kesempatan mendapatkan uang perumahan, dan uang pensiun di usia senja. Dari segi dunia memang menjanjikan. Tapi sampai detik ini, aku masih belum tertarik pada peluang kerja ini.

Banyak hal yang membuat orang-orang tertarik menjadi PNS, tapi tidak sedikit pula yang membuatku tidak menaruh minat untuk melirik lahan satu ini. Sebenarnya sederhana saja. Aku tak begitu suka terikat aturan yang menurutku agak mengekang kebebasan berekspresi sebagai MUSLIMAH dalam menjalankan profesi, khususnya profesi yang menjadi jalanku sekarang ini. Profesi dokter.

Bulan ini memasuki bulan keempat internship di tanah kelahiranku. Berada di tengah-tengah komunitas PNS sebagai petugas kesehatan di rumah sakit daerah sedikit banyak memberikan pertimbangan bagiku. Jika menjadi dokter PNS, artinya harus bersedia ditempatkan di mana saja. Siap mengabdi di RS atau di puskesmas mana pun. Pakaian diatur, apel setiap pagi pukul 07.30 selama enam hari dalam sepekan, dan seabrek kewajiban PNS lainnya. Walaupun menunjukkan kedisiplinan, tapi akan banyak hal yang terbengkalai jika yang menjalaninya adalah seorang perempuan, apatah lagi jika sudah berkeluarga. Saya cenderung lebih tertarik bekerja sebagai dokter UGD yang bukan PNS.

Tak jarang mendengar cerita yang secara sadar atau tidak sadar merupakan keluhan dari beberapa petugas kesehatan perempuan. Harus meninggalkan anak di pagi buta, anaknya lebih dekat pada neneknya atau pembantunya, anak sakit di rumah tapi tetap harus berkantor pagi-pagi, dan lain-lain. Seorang dokter perempuan yang telah berkiprah beberapa tahun lamanya sebagai dokter PNS pernah berkata, mustahil untuk menyeimbangkan tugas sebagai ibu rumah tangga dan menjadi dokter PNS. Akan ada salah satu yang terbengkalai. Walau di pihak lain, ada sepasang suami istri berprofesi sebagai dokter PNS yang bisa menunjukkan bahwa mereka bisa tetap istiqamah.

Bagiku, akan sulit mengatur waktu sendiri karena adanya aturan-aturan yang lumayan ketat sebagai "abdi negara". Keterbatasan pelayanan yang mampu diberikan rumah sakit atau puskesmas pun terkadang bertentangan dengan hati nurani. Keingingan memberikan pertolongan sesuai kemampuan, tapi terkadang tidak ditunjang sarana dan prasarana yang memadai.

Bukan membenci atau menolak profesi PNS mentah-mentah, karena aku pun lahir dari orang tua yang berprofesi sebagai guru PNS. Hanya saja, aku tidak ingin menjadikannya “kewajiban” bagi diri sendiri. Pintu rezeki bukan hanya PNS. Apalagi tidak sedikit akhawat yang harus merelakan sedikit demi sedikit idealitasnya hanya karena menjadi PNS. Tidak semua, tapi tidak sedikit.

Mungkin ini salah satu hikmah dari Allah memberi jalan sebagai seorang dokter. Kebanyakan orang tidak akan mempersoalkan dokter PNS atau bukan, tempat praktik tidak akan dibedakan berdasarkan dokter PNS atau bukan. Pintu rezeki Allah itu luas, bukan hanya PNS. Yakin pada-Nya yang Maha Pemberi Rezeki. Dengan ikhtiar, doa, dan tawakkal untuk menjemput rezeki itu melalui jalan kita masing-masing sesuai syariat-Nya.

Rezki HardiyantiTaufik
Watansoppeng, 17 Syawwaal 1434H/24 Agustus 2013M
Di tengah hiruk pikuk pendaftaran CPNS….

No comments:

Post a Comment